Wabah Virus Zika, Brazil Larang Wanita untuk Hamil di Musim Hujan
A
A
A
JAKARTA - Secara resmi Kementerian Kesehatan Brazil melarang penduduk wanitanya untuk tidak hamil pada musim hujan. Hal ini disebabkan karena tingginya kasus virus Zika yang memicu gangguan perkembangan otak pada bayi baru lahir atau microcephaly.
Menurut Regional Coordinator di WHO South East Asia Regional Office, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), DTM&H, MARS, DTCE, terdapat sekitar 2700 bayi dengan microcephaly di Brazil. Angka tersebut jauh meningkat dari 105 kasus di sepanjang tahun 2014.
"Terdapat dua wanita dengan bayi dalam kandungannya diketahui menderita microcephaly. Sebelumnya, outbreak infeksi Zika terjadi di French Polynesia ditemukan 17 bayi dengan gangguan susunan syaraf pusat yang diduga berhubungan dengan infeksi virus Zika ini," papar Tjandra melalui keterangan resmi yang diterima Sindonews.
Di sisi lain, sebagian besar pakar internasional belum terlalu meyakini ada tidaknya hubungan langsung antara infeksi virus Zika dan kejadian microcephaly tersebut. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut.
"Penularan virus Zika terjadi karena nyamuk aedes aegypti. Pada dasarnya klinis penyakit ini ringan dan self limited," kata dia.
Sementara untuk gejala, penderita virus Zika umumnya akan merasakan demam, nyeri kepala, bercak merah di kulit dan mata terasa panas atau conjuctivitis. Baru beberapa waktu ini, virus tersebut diduga dihubungkan dengan gangguan susunan saraf pusat dalam bentuk microcephaly dan retardasi mental.
"Virus Zika tergolong Flavi virus, tadinya bentuknya hanya seperti demam berdarah tapi lebih ringan, ada juga yang menyebutkannya sebagai bentuk ringan dari penyakit Chikunguya," tandasnya.
Menurut Regional Coordinator di WHO South East Asia Regional Office, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), DTM&H, MARS, DTCE, terdapat sekitar 2700 bayi dengan microcephaly di Brazil. Angka tersebut jauh meningkat dari 105 kasus di sepanjang tahun 2014.
"Terdapat dua wanita dengan bayi dalam kandungannya diketahui menderita microcephaly. Sebelumnya, outbreak infeksi Zika terjadi di French Polynesia ditemukan 17 bayi dengan gangguan susunan syaraf pusat yang diduga berhubungan dengan infeksi virus Zika ini," papar Tjandra melalui keterangan resmi yang diterima Sindonews.
Di sisi lain, sebagian besar pakar internasional belum terlalu meyakini ada tidaknya hubungan langsung antara infeksi virus Zika dan kejadian microcephaly tersebut. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut.
"Penularan virus Zika terjadi karena nyamuk aedes aegypti. Pada dasarnya klinis penyakit ini ringan dan self limited," kata dia.
Sementara untuk gejala, penderita virus Zika umumnya akan merasakan demam, nyeri kepala, bercak merah di kulit dan mata terasa panas atau conjuctivitis. Baru beberapa waktu ini, virus tersebut diduga dihubungkan dengan gangguan susunan saraf pusat dalam bentuk microcephaly dan retardasi mental.
"Virus Zika tergolong Flavi virus, tadinya bentuknya hanya seperti demam berdarah tapi lebih ringan, ada juga yang menyebutkannya sebagai bentuk ringan dari penyakit Chikunguya," tandasnya.
(nfl)